Friday, December 5, 2014

Dongeng anak yang berteriak serigala


Saya suka menyambung-nyambungkan ide. Saya juga suka dongeng. Dahulu bapak dan ibu sering mendongeng tentang kancil, harimau, monyet dan kura-kura sebelum tidur. Saya sangat yakin, ceritanya adalah karangan 5 menit terkontekstual dari bapak dan ibu. Namun dongeng itu terlalu menuntut untuk dikenang. 

Salah satu ceritanya begini, harimau dan kura-kura adalah dua sahabat yang mengadakan lomba ketahanan fisik dengan bertahan dalam tungku api yang membara. Lalu dilakukan persiapan, harimau dan kura-kura membeli minyak di wicang (toko wanita tionghoa dekat rumah), membeli kayu di material, dan membeli korek di pak amin (toko sunda dekat rumah). Detail-detail semacam ini selalu menghidupkan cerita dan membuat saya merasa hidup didalamnya. Lantas kura-kura dan harimau memulai lomba hidup mati tersebut. Kura-kura masuk lebih dahulu, ternyata ia mampu bertahan dari kobaran api yang menjilat dengan cara berlindung dalam tempurungnya. menjelang besar saya sadar bahwa saya ditipu, jika kura-kura masuk tempurung dalam tungku api, ia akan tetap menjadi kura-kura renyah rendah kalori karena dimasak tanpa minyak. Pendek cerita kura-kura keluar dari tungku api dengan bugar dan berat badan yang turun karena mendapat sauna gratis. Giliran harimau yang masuk tungku api. Harimau yang malang mati terbakar setelah berteriak dengan mengenaskan karena tidak punya tempurung untuk pelindung lalapan api, ya diceritakan seperti itu oleh ibu saya. Lalu ketika tungku api dibuka, yang tersisa hanya tulang belulang harimau. Lalu kura-kura menggunakan tulang itu untuk membuat suling. Menjelang dewasa saya juga menyadari bahwa kura-kura ini memiliki gejala psikopat karena tega membunuh teman sepermainan untuk membuat suling dari sisa mayatnya. Cerita berlanjut ketika kura-kura bermain dengan suling berdarah, ia bertemu dengan monyet. Monyet ini adalah mahluk yang licik, ia meminjam suling berdarah tersebut. Kura-kura keberatan, mungkin karena suling itu adalah memento terakhir dari sohibnya yang mati dengan mengenaskan karena kebodohan mereka berdua. Monyet meyakinkan kura-kura untuk meminjamkannya sambil memegangi ekornya agar ia tidak lari. kura-kura setuju, ia menggengam ekor monyet dan menungguinya bermain. (tapi, kura-kura menggengam dengan apa? dia kan gak punya jari? Bahkan dari awal main suling pake apa? dia kan ga punya bibir?)