Di studio saya, ada ulangan mendadak. Entah apa namanya, yang jelas tidak berhubungan dengan kuis atau tulisan. Seluruh mahasiswa/i diminta untuk membuat model eksplorasi selama 45 menit per model untuk total 3 buah model. Jadi, selama 3 jam kami diminta untuk memaparkan ide spasial melalui model yang representatif.
Aturan mainnya juga sederhana, buat ide pertama yang terlintas di benak kalian, titah sang dosen.
yang menarik, hal ini mirip dengan freewriting.
Freewriting menggunakan asosiasi bebas untuk membentuk suatu paragraf. Apa-apa yang terlintas di benak dituliskan tanpa sensor atau penghapus. Fungsinya sederhana, menghilangkan hal-hal mencemaskan dari kegiatan menulis; keyakinan, struktur, tanggung jawab tulisan, dsb.
Umumnya freewriting digunakan sebagai pendekatan kreatif untuk mengurai ide. Efek yang dikejar disini sama. Bahkan, kadang jika dibarengi niat, model yang dibuat dapat dikembangkan sebagai komponen utama project.
Ultimatumnya juga jelas; cobalah melupakan tanggung jawab penyelesaian masalah dengan mencoba mengurai pikiran dalam model. Sebab model adalah instrumen penting dalam penalaran spasial.
Budi pekerti ini memang perlu dilestarikan dalam studio.
Walaupun proses membuat model dengan terburu-buru bisa dianggap sporadis, dan hasil yang terbangun pada umumnya masih lemah dalam argumen, bahkan bisa terjebak dalam omong kosong dan debat telur ayam;
jadi model ini menjelaskan hubungan spasial antara celah yang mereduksi bidang planar dalam rumah untuk memperkuat visibilitas dari subjek.
jadi dengan mengurangi dinding?
iya mbak
kenapa tidak diberi jendela saja?
oh iya
Namun, proses itu sendiri mengantar seseorang untuk terbiasa mengkomposisikan kualitas spasial, membentuk ide secara keruangan, setidak-tidaknya memahami ide sendiri.
Hal ini mengingatkan saya, bahwa analogi antara arsitektur dan teks itu selaras. Salah satu dosen biasa menggunakan pendekatan naratif dalam menjelaskan desainnya. Dosen ini juga yang menganalogikan denah dengan tolak ukur peta gaming.
Baginya, pada setiap titik dari sebuah karya arsitektural, penting untuk punya cerita. Dimana seseorang berdiri, disana bangunan punya obrolan. Tembok dan tali air punya cerita tentang arah, sebagaimana pohon kemboja mengajak seseorang untuk melewati taman sebelum memasuki rumah. Sebelum dan sesudah masuk rumah, orang sebaik-baiknya mendapat manfaat estetika setelah fungsi.
Dari tiap-tiap bagian rumah, merupakan bab yang membangun keseluruhan rumah. Dalam suatu bagian rumah, ada kompleksitas yang kaya, tanpa perlu melepaskan diri dari benang merah pintu depan hingga teras belakang. Bedah lebih dalam, tata perabotan dapat menjadi statement tentang suatu rumah. Masuk dan duduklah.
Dan seperti sihir, rancangan yang baik dapat membuat orang duduk dan mengobrol, sama seperti saat menangis membaca buku kematian lennie dalam of mice and man; begitu saja, tanpa disuruh.
Maka, asosiasi bebas yang dilakukan hari itu, terlepas dari berakhir atau tidaknya di tempat sampah, membantu kami untuk mengingat kembali hal yang ingin kami ceritakan. Mahasiswa yang punya penggalan narasi patah-patah tentang fraksi cahaya dan kehangatan kamar tapi tak tahu cara menjelaskannya, punya dua kemungkinan, (1) terpaku (2) menemukannya diantara lekukan karton dan potongan beermat.