Saturday, February 21, 2015

Kosong tak kosong


Ada hal menarik dalam perkuliahan semester ini. Gelombang terakhir dari ulah kemarin sore membawa saya turun angkatan. Wajah baru dengan materi sama.

Saya baru mengetahui bahwa social maintaining adalah mandat ketika kita berada di suatu lingkar pertemanan. Sehingga saya tidak menyadari hampir sepertiga waktu saya di studio habis untuk berinteraksi. Baik berdiskusi, beramah-tamah, atau membuang waktu. Umumnya diketahui sebagai hal yang bersifat opsional. Namun kenyataannya, untuk mendapatkan pengakuan dalam suatu suku, seseorang harus membuktikan dirinya dalam bersikap, hal paling sederhana tentu menggaet teman dan menjaga hubungan itu dengan seminimal mungkin berbasa-basi.

Ada fokusan yang berbeda dalam menjalani perkuliahan di pagi baru ini. Terlebih meniadakan ekspektasi dan melejit dengan eksplorasi. Harapannya sederhana, produk yang sejalan dengan keyakinan memahami suatu pengetahuan. Hal ini absen bagi saya di perkuliahan sebelumnya, dan sekarang sudah muncul bibitnya. Imbasnya, saya jadi paham, keseganan adalah tameng untuk meminimalisir social maintaining dalam lingkar. Orang yang segan cenderung menjaga status quo dalam hubungannya. Ini menjadi penting karena status qou tidak mengurangi derajat keakraban seseorang (terlepas seberapa bapernya seseorang). Biasanya ini dicapai bila sudah lama saling mengenal. Namun jalan lainnya adalah dengan menyandang suatu label kontras, maka status quo ini juga dapat terjadi.

Saya tidak tahu dan tidak ambil pusing tentang label tersebut. Utamanya saya cukup bersyukur tidak memiliki kewajiban umum dalam interaksi sosial, yang saat ini terbatas pada tataran menjadi pendengar pasif. Ketika giliran saya yang membutuhkan interaksi sosial, skema pemenuhannya sudah tersedia, siapa dan untuk apa. Saya bisa mereduksi sepertiga waktu yang hilang menjadi sepertujuh, dan banyak yang dapat dilakukan pada semester ini. Harapannya besar (tentu), agar kali ini saya bisa betul-betul bersenggama dengan Arsitektur.


No comments: