Sunday, March 2, 2014

Jejak

Berbicara tentang orang tidak akan ada habisnya. Berbicara tentang diri sendiri apalagi, sampai ujung terompet sangsakala berbunyi pun ga bakal kelar. Mari kita ngobrol tentang jejak kaki. Tentang ocehan perjalanan yang pendek. Sebab waktu gue tinggal kurang setengah jam lagi sebelum paket internet habis. Jadi, mari jari, menari.

Ada seorang pejalan kaki. Kakinya begitu tebal mengkerak. Ia menempuh bumi sejak satu tahun terhitung ia dilahirkan. Sejak itu ia tidak pernah berhenti berjalan. Kata orang jejak kakinya dapat terlihat dari jarak tak kasat mata karena begitu dalam tiap ia berpijak. Kata orang aroma dari jejaknya sering tertinggal. Aroma rumput dari beragam lembah yang telah ia lalui, aroma rawa dari hutan yang ia lewati dan aroma debu dari padang pasir yang terdengar seperti dalam dongeng, namun ada hanya karena terlupa. Kata orang ukurannya besar, lebih dari kebanyakan kaki orang normal. Jejaknya memiliki kedalaman yang berbeda dari kebanyakan kaki orang, mengguratkan cerita yang angin tak berani hapus.



Orang bilang hanya jejaknya saja yang hadir. Si empunya tidak pernah terlihat. Namun dari jejak itu orang dapat belajar banyak hal tentang Angin dan Samudera. Tentang Matahari dan Ilalang. Jejak itu selalu bercerita, dengan suara yang berbeda bagi tiap orang yang berjongkok untuk memperjelas jejak tersebut. Katanya, aku adalah jejak yang ditinggal oleh orang yang tidak berhenti berjalan, tidak pernah tergesa dan enggan untuk berhenti. Aku adalah pijak dari orang yang terus berjalan walau dalam gentar dan tidak berhenti untuk meneguk hormat dari manusia lain.

Aku adalah satu dari sejuta jejak yang ditinggalkan orang yang kau tak tahu siapa namanya, dan kau tak perlu resah untuk tahu, sebab aku yang berada, bukan ia. Lihat aku, sebab kau tak akan benar-benar bisa melihatnya, walau kau habiskan seribu tahun menelusuri jejak ini.

Demikian, jejak dari tiap jejak bercerita, dan mereka yang cukup jeli untuk melihat kebawah dapat menemukan jejak-jejak tersebut dibalik bayang pohon, dibalik karpet-karpet pabrikan yang berusaha menutupinya, dan dibalik jejak-jejak lain yang mengelilinginya. Ia akan bercerita bagi yang ingin mendengar. Ia tidak akan bercerita tentang kebenaran, sebab kebenaran hanya sekali benarnya, dan besok mungkin jadi tidak benar. Ia akan bercerita tentang hal-hal yang perlu untuk diceritakan, terlepas dari yang ingin mendengarkan.

Ia akan bercerita tentang kebebasan.

No comments: