Saturday, July 11, 2015

Irex

Kalian tahu iklan obat kuat lelaki Irex yang pernah dibintangi om Damsyik?


Itu lho, om Damsyik yang pernah jadi Drakula-like di serial Cecep aka Wah Cantiknya.



Waktu kecil disekolah dasar, seperti kebanyakan anak ingusan yang belum kenal warnet dan hanya disibukkan game Harvest Moon satu jam sehari, saya dan teman-teman sering melakukan kegiatan aneh-aneh. Kegiatan ini utamanya eksperimen mencari kekuatan dalam ritus anak laki-laki. Ini akibat doktrin dragonball capur baja hitam dengan prinsip: sepanjang apapun ingusnya, yang penting lebih kuat dan lebih tangguh.

Melihat bagaimana siklus dari superhero menjadi semakin kuat setiap kali melewati garis antara hidup dan mati, kesimpulan sederhana dari kegiatan ini mengerucut pada: semakin berbahaya dan semakin tabu suatu eksperimen, akan semakin mendulang kekuatan. Sungguh primitif.

Misalnya, siapa yang bisa memanjat pohon lebih tinggi dianggap lebih sakti, atau siapa berlari paling cepat pasti ditanya sarapannya apa, atau kuat-kuatan menahan napas dianggap lebih kompeten jadi pemimpin (apa coba?). Lalu, kami menjamah ke ritual-ritual di luar logika, seperti membeli sebotol kiranti karena bukan obat tapi bisa menyembuhkan pesakitan (saya lupa jalan berpikirnya), atau mencoba gerakan fusion a la dragonball dengan setengah was-was, bagaimana nanti jika tidak bisa pisah badan? Seorang teman, dengan penuh inisiatif mengusulkan membaca al-fatihah sebelum bergabung. Ujung-ujungnya kami sadar dibohongi kartun Indosiar.

Nah, suatu hari kami mengadakan eksperimen untuk membeli satu sachet Irex.

Berhubung pengetahuan seksual kami masih bening dan hanya dimiliki beberapa anak secara ekslusif (sialnya, anak-anak dengan wawasan seksual yang luas malah jadi pentolan), sesachet irex menjadi suatu misteri akbar. Cairan hitam apakah ini yang membuat Om Damsyik mampu menjebol gawang dengan kekuatan luar biasa? Tentunya di umur beringus hijau itu iklan masih ditanggapi secara harfiah, sehingga penampakan irex yang berhasil dibeli di tangan dilakoni secara sakral dengan telapak gemetar.

Seperti banyak urusan tabu yang merepotkan, guru dan orang tua cenderung melayangkan jawaban singkat. "Jangan tanya-tanya", atau "Obat kuat orang dewasa". Yang terakhir justru memperkuat rasa penasaran kami.

Ritual membelinya sendiri terbilang merepotkan. Berhubung buta harga, kami patungan setelah alpa jajan seharian (padahal murah), lalu satu orang (yang teramat sial) pergi membeli sambil menunduk malu kepada pedagangnya, seperti pemuda tanggung hendak membeli kondom.

"bang, beli ireks"
"satu"
"buat bapak dirumah"

Akibat sibuk mendorong satu sama lain sepanjang siang untuk membeli irex dan kelamaan selebrasi, magrib keburu datang, teman-teman harus pulang. Saya ketiban sial menyembunyikan barang tabu tersebut di rumah. Rencananya besok diminum bergiliran habis sekolah, lalu dipraktekan langsung sambil main bola. Kata teman saya, pakai bola betulan, nanti hancur kalo bolanya murahan. Tai.

Tanpa banyak pertimbangan, formula misterius itu saya letakan dibawah bantal, lalu saya terlelap begitu saja. Bermimpi tentang Irex dan tendangan melebihi Tsubasa, sambil ditepuk-tepuk bangga pundaknya oleh om Damsyik.

Paginya saya bangun dengan keringat dingin, oh tidak, obat kuat itu sudah lenyap. Bagaimana ini? Tercucurlah beragam prasangka. Jangan-jangan adik saya mengira itu obat batuk lalu meminumnya, bagaimana kalau ia mengamuk? Atau lebih parah lagi, ibu menemukannya. Ibu selalu punya reaksi tak tertebak terhadap suatu hal yang tidak pada tempatnya, salah-salah membawa pulang barang, bisa jadi seperti membuka kotak pandora. Habislah, pikir saya.

Tapi ternyata hari itu tidak terjadi apa-apa. Teman-teman juga terlalu cuek untuk meributkan hilangnya irex yang tiba-tiba, dengan kata lain; lempar batu. Sampai seminggu kemudian, mimpi menjebol gawang dengan kekuatan luar biasa menguap begitu saja, digantikan oleh misteri lain dari produk bernama sutera.

Keesokan harinya bapak misuh-misuh dan tempramen, malas makan dan ogah gantian nonton tinju di TV. Belakangan saya tahu ayam jagoannya mati dua ekor. Wah, ini bencana tak tertulis. Seluruh penghuni rumah tahu, dua ekor ayam yang biasa dimandikan bapak seminggu tiga kali dengan penuh kasih sayang sambil kadang diiringi lantunan kidung-kidung, adalah satu dari sedikit hal yang terhitung ibadah untuk menentramkan jiwa baginya. Maka semua orang pun mencari tahu, tragedi apa yang merenggut nyawa unggas kesayangannya.

Ternyata punya ternyata, ayam-ayam itu berpulang gara-gara makanannya dicampur Irex (yang saya sembunyikan) oleh bapak, atas dasar percobaan. Saya mendengar ibu bercerita dalam kronologi yang amat intens, ayamnya menunjukkan reaksi belingsatan satu jam sehabis makan, tidak bisa diam dan terus berkokok penuh jumawa, lama-lama ayam itu beralih lesu dan sempoyongan, lalu kejang-kejang hingga kemudian ambruk kehilangan nyawa. Bapak, yang pendek pikir tentang reaksi suplemen tentu mengira bahwa Irex hanya memberi efek perkasa sejenak, ternyata dosis manusia membahayakan bagi unggas. Kepergian dua ekor jago yang menyayat hati itu membuatnya sensitif tentang irex dan om damsik selama beberapa tahun ke depan. 

Dan sungguh, kedua ayam itu dikubur di halaman rumah, dengan nama dan waktu kematian, asli mengguncang nurani. Di usia semuda itu, tangan saya telah dikotori darah.

Diantara was-was ketahuan dan rasa berdosa yang masih menggenang, saya melaporkan kejadian itu tak kalah intens pada teman-teman sekomplot dengan satu tujuan: menularkan rasa bersalah, kalian semua sama-sama pembunuh! Sejak saat itu, legenda tentang irex menjadi momok untuk diperbincangkan. Sebelum akhirnya masing-masing dari kami mengetahui rahasia sepele dibalik irex, benda itu dianggap sebagai suatu catatan hitam yang mematikan. Om damsyik, dianggap sebagai suatu figur yang berhasil mendulang kekuatan baru setelah melewati resiko hidup dan mati.