Saturday, August 1, 2015

Menulis dan bukan

Kata pacar saya, tulisan itu mahal, emang elu diobral-obral. Saya jadi berfikir lagi tentang menulis. Saya juga jadi bertanya, mengapa saya (atau banyak orang) menulis di blog, serius ataupun tidak. Padahal dalam banyak kasus, penulis besar tidak mengobral tulisannya lewat media sosial atau platform dunia maya lainnya, yang biasanya bersifat publik. Biasanya tulisan sampingan (draft) dicatat pada jurnal, atau surat-surat yang bersifat pribadi. Saya tidak tahu, misalnya jika 30 tahun silam ada twitter, apakah karyanya akan beringsut menjadi produk recehan yang hilang enam bulan kemudian di toko buku. Sebab melempar tulisan ke publik perlu pertimbangan lebih atau proses penyesuaian, yang kadang melunturkan ke-apa-adanya-an sebuah tulisan. Maksud saya, hilangkah kejujuran tulisan karena menuruti jumlah approval di dunia maya? Banal dan pesimis, tetapi kemungkinan itu ada.

Meratapi lebih lanjut, tulisan saya belum keluar kandang. Selain kurang menantang diri, saya masih terlalu nyaman dengan gaya dan tema pribadi. Ujungnya ditolak bolak-balik. Konon penolakan berbuah semangat, tapi tampaknya kurang berlaku bagi saya. Menutup ratapan, terbuka jalan baru untuk menulis serius, saya berkesempatan turut mencatat kegiatan kultural-arsitektural di Papua selatan melalui acara tahunan Ekskursi Arsitektur UI 2015. Korowai: Menggapai tonggak cakrawala. Luar biasa betapa Tuhan (the Selfishly Good Being), memberi kesempatan tanpa bosan.

Terlepas dari menulis, selalu ada bocoran curhat. Kuliah, yang kurang lebih sebulan lagi, sudah memanggil. Ini kesempatan terakhir, betul-betul batas jurang. Siap atau tidaknya bukan pertanyaan. Bagaimanapun, saya harus berani mengenakan kacamata kuda untuk dapat melihat kedepan seutuhnya. Harus berkomplot dengan standar pribadi agar bisa lolos. Takut? Amat, tetapi ada beragam alasan baru untuk maju. Maka, biarlah ini menjadi catatan tanpa pembenaran. Saya belum menjadi orang baik, tetapi saya berusaha. Untuk banyak orang, terutama diri sendiri.

Ngomong-ngomong pacar. Yang suka diam-diam membaca.

Apa kabar disana?
Semoga baik-baik saja
Terima kasih, hari ini dan seterusnya
jadi terasa lebih punya harga


2 comments:

ghaniyyart said...

"Kata pacar saya," <-- love that part haha langgeng-langgeng ya kaliaaannn!!

Bangquito said...

et dah hahaha