Kata pacar saya, tulisan itu mahal, emang elu diobral-obral. Saya jadi
berfikir lagi tentang menulis. Saya juga jadi bertanya, mengapa saya (atau
banyak orang) menulis di blog, serius ataupun tidak. Padahal dalam banyak
kasus, penulis besar tidak mengobral tulisannya lewat media sosial atau platform
dunia maya lainnya, yang biasanya bersifat publik. Biasanya tulisan sampingan
(draft) dicatat pada jurnal, atau surat-surat yang bersifat pribadi. Saya tidak
tahu, misalnya jika 30 tahun silam ada twitter, apakah karyanya akan beringsut
menjadi produk recehan yang hilang enam bulan kemudian di toko buku. Sebab
melempar tulisan ke publik perlu pertimbangan lebih atau proses penyesuaian,
yang kadang melunturkan ke-apa-adanya-an sebuah tulisan. Maksud saya, hilangkah
kejujuran tulisan karena menuruti jumlah approval di dunia maya? Banal dan
pesimis, tetapi kemungkinan itu ada.
Meratapi lebih lanjut, tulisan
saya belum keluar kandang. Selain kurang menantang diri, saya masih terlalu
nyaman dengan gaya dan tema pribadi. Ujungnya ditolak bolak-balik. Konon
penolakan berbuah semangat, tapi tampaknya kurang berlaku bagi saya. Menutup
ratapan, terbuka jalan baru untuk menulis serius, saya berkesempatan turut mencatat
kegiatan kultural-arsitektural di Papua selatan melalui acara tahunan Ekskursi
Arsitektur UI 2015. Korowai: Menggapai tonggak cakrawala. Luar biasa betapa
Tuhan (the Selfishly Good Being), memberi kesempatan tanpa bosan.
Terlepas dari menulis, selalu ada
bocoran curhat. Kuliah, yang kurang lebih sebulan lagi, sudah memanggil. Ini
kesempatan terakhir, betul-betul batas jurang. Siap atau tidaknya bukan
pertanyaan. Bagaimanapun, saya harus berani mengenakan kacamata kuda untuk dapat
melihat kedepan seutuhnya. Harus berkomplot dengan standar pribadi agar bisa
lolos. Takut? Amat, tetapi ada beragam alasan baru untuk maju. Maka, biarlah
ini menjadi catatan tanpa pembenaran. Saya belum menjadi orang baik, tetapi
saya berusaha. Untuk banyak orang, terutama diri sendiri.
Ngomong-ngomong pacar. Yang suka diam-diam membaca.
Apa kabar disana?
Semoga baik-baik saja
Terima kasih, hari ini dan seterusnya
jadi terasa lebih punya harga
2 comments:
"Kata pacar saya," <-- love that part haha langgeng-langgeng ya kaliaaannn!!
et dah hahaha
Post a Comment