Thursday, November 13, 2014

Dogtooth: Merayakan parodi diktatorial

Dogtooth (2009) 
"Kynodontas" (original title)

Ratings: 7.2/10 from 30,905 users
Director: Yorgos Lanthimos
Writers: Efthymis Filippou, Yorgos Lanthimos
Stars: Christos Stergioglou, Michele Valley, Angeliki Papoulia



Konon, suatu ketika Yorgos kongkow dengan kawan-kawannya membicarakan kemiripan institusi dan keluarga. Kalau dipikir-pikir dan dibenar-benarkan, keduanya punya kesamaan: ada sistem, ada hirarki, ada teritori dan ada pembatasan. Yorgos bereksplorasi lebih jauh tentang apa yang akan terjadi jika seorang kepala keluarga memasang standar ekstrim untuk "melindungi" keluarganya. Dari pemikiran ini lahirlah Dogtooth. 

Kesan pertama yang saya dapatkan ketika menyaksikan dogtooh adalah DISTURBINGLY EPIC.

Ya, Dogtooth adalah film Yunani dengan tema psikologi dan dark comedy yang bercerita tentang sebuah keluarga disfungsional yang tinggal dalam isolasi buatan. Orang tua disini mendidik anaknya dengan cara berfikir diluar logika masyarakat. Mereka sangat membatasi informasi dan pengetahuan anak-anaknya bahkan hingga ke jenjang pembokisan. Anak-anak ini tidak bernama dan bertumbuh dengan pengetahuan dan aturan yang dijejalkan orang tuanya. Masalah timbul ketika oknum dari luar keluarga (Christine) yang ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan seks mekanis anak lelakinya mengacaukan keseimbangan domestik yang dibuat dengan memperkenalkan sensualitas dan informasi dari dunia luar kepada dua anak perempuan lainnya. Mulai penasaran?

Lebih soft ketimbang Serbian Film dan Rumah Dara lah menurut saya.



As always, SPOILER dari film akan senggol bocor di blog ini.

Menit-menit pertama dalam Dogtooth menjanjikan kualitas sinematografi standar Cannes Festival. Film dibuka dengan scene video tape yang menjelaskan tentang arti beberapa kata kepada 3 anak yang belakangan diketahui tidak bernama dan hanya disebut sebagai "Eldest", "son", dan "Youngest". Dari pengertian yang dijelaskan oleh tape bahwa "Sea" adalah kursi besar, "highway" adalah angin besar, kemudian dilanjutkan dengan permainan celup jari ke air panas oleh si anak-anak, kita dapat melihat ada ketidakberesan dari keluarga ini. 

Selanjutnya kita disajikan dengan keajaiban yang lebih absurd lagi dengan kedatangan teratur Christine sebagai pemenuh, bukan pemuas, kebutuhan seksual "son" dengan scene seks yang sangat tidak mengundang syahwat. Bahkan saya ingin tertawa menyaksikannya. Yorgos Cukup piawai untuk membuat scene ini terlihat aneh ketimbang erotis dan mengundang orang bertanya "itu ngapain didongkrak?". Rules lainnya adalah kompetisi anak-anak untuk melakukan games absurd dari orang tuanya demi mendapatkan stiker yang ditukar dengan kompensasi bagi pengumpul stiker terbanyak untuk memilih hiburan keluarga, yang antara lain menonton video rekaman keluarga dan mendengarkan musik yang liriknya diterjemahkan secara sembarangan oleh sang ayah untuk -kembali-, menanamkan loyalitas pada anak-anaknya. 

Saingan berat keluarga cemara

Masalah dimulai ketika Christine mulai mengganggu keseimbangan domestik antara tanda (informasi) dan pemberi tanda (orang tua) dengan mengenalkan perilaku seksual kepada dua anak perempuan. Imbalan yang terpaksa diberikan oleh Christine adalah video film yang kemudian memberi tanda-tanda baru tentang dunia kepada eldest. Eldest kemudian mulai mengaplikasikan tanda baru itu melalui imitiasi sikap, dari sini kita dapat melihat film yang diberikan oleh Christine adalah Rocky dan Jaws. Peniruan dalam film ini juga satir, lagi-lagi saya tertawa. 

Ide baru tentang dunia mengundang Eldest untuk mengkompromi aturan legendaris dari keluarga ini: Bahwa seorang anak boleh keluar dari rumah saat gigi taringnya (dogtooth) tanggal, tapi dengan menggunakan mobil, dan untuk belajar mengemudikan mobil, ia harus menunggu gigi taringnya tumbuh kembali. Aturan yang lebih absurd ketimbang BLT. Akhirnya, Eldest mengambil langkah macho untuk mengakali aturan tersebut demi lari ke dunia nyata. Dosa saya untuk membocorkan film ini terlalu besar, bisa ditonton sendiri.

Ngobrolin psikologi
Dogtooth memberi lapangan luas untuk diskusi mendalam tentang tanda, penanda, dan identitas dalam dunia psikologi. Anak-anak disini tidak diberikan akses untuk memilih informasi, sehingga tanda tentang dunia yang mereka miliki hanya datang dari orang tuanya. hal ini membuat mereka tidak memiliki identitas tentang "aku" karena ketiadaan pilihan dan hanya menjadi vessel bagi orang tuanya tentang proyeksi anak-anak ideal. Bahkan ketika Eldest mendapati informasi baru, ia hanya memindahkan karakter anak ideal dari orang tuanya menjadi karakter dari film yang ia saksikan. Walaupun demikian, ide baru yang muncul darisana membuat Ego yang ditahan selama ini membludak, pecah kongsi lah Set of rules yang dibangun sedemikian rupa hanya karena filmnya Stalon. 

Mantaf gan!

Banyak pengkritik yang menyatakan bahwa akting dari cast Dogtooth tidak mereperesentasikan prilaku yang semestinya tentang akibat dari pembentukan karakter yang terkontrol. Bagi banyak orang akting yang bersifat hispter dengan ekspresi poker face anak-anaknya menjadi kontroversi bahwa film ini bersifat dramatis dan pretensius. Bagi saya pribadi, hal ini wajar-wajar saja, mengingat masih banyak agenda yang patut diperhatikan dalam film ini. Misalnya kita dapat melihat dari skala yang lebih besar tentang akibat sistem yang dipaksakan dengan instrumen yang disebut tirani *batuk* orba *batuk *petus*.


Gitu ya, om?

Kembali pada skala keluarga ini, dilema tentang identitas membesar. Pertama, dalam teori psikoanalisis, identitas seseorang saat dewasa dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya. Sementara jika secara umum yang dimaksud pengalaman adalah suatu akumulasi antara indera dan intuisi, maka pengalaman yang berulang dalam lingkup rumah yang sama dalam Dogtooth menjadi ampas yang tidak membentuk identitas anak, melainkan kembali menjadi set of rules dalam diri mereka. Lantas, jika seseorang tidak memiliki identitas, kita dapat beringsut masuk ke ranah determinis, bahwasanya manusia dibentuk dengan set of experiences, dan jika kita dapat merangkum formula experience yang presisi untuk menyusun seorang manusia, maka kita dapat membuat sekelompok manusia yang serupa. Diskusikan, lumayan bahan obrolan biar kelihatan pandai. 


KERAS
Perihal lain yang menggelitik adalah bagaimana seseorang dalam sistem ekstrim bisa dibuat beriman sedemikian rupa. Dalam Dogtooth ada beberapa mitos buatan yang dengan sukses menjadi pedoman bagi anak-anaknya. Yang paling keras adalah 2 mitos tentang Brother di samping rumah yang nggak pernah dilihat, kedua tentang kucing sebagai binatang paling sadis yang harus ditakuti.

Kemunculan kucing yang tiba-tiba bersifat asing bagi "son". Keasingan ini menjadi tanda bahaya baginya, lantas ia mengambil gunting rumput untuk membunuh kucing itu. Kematian kucing justru menjadi alasan bagi orang tua untuk membuat aturan baru agar anak-anak ini semakin loyal dan ketakutan akan bahaya diluar rumah. Sang ayah kemudian membariskan anak-anaknya untuk mengajari cara mengusir kucing; yakni dengan pelajaran menggonggong. Super.


*batuk*

Alkisah ada anak pelosok yang hendak berkuliah, datang pembawa berita mengabarkan keharusan dari anak untuk memenuhi nilai dan kewajiban sebelum benar-benar menjadi mahasiswa dan duduk di tampuk kelas bersama dosen, lantas mereka berbaris dan berteriak "kami mahasiswa"


Itukan cuma film broo
Yorgos dalam interviewnya menyatakan bahwa salah satu inspirasi dari film ini berangkat pada era diktatorial yunani pada 50an, Beranjak lebih jauh, Yunani sebagai kampung halaman sokrates sudah khatam tentang pengalaman parlemen yang begitu partiarki. Ngomong-ngomong, The Great Dictator juga film, Space Odyssey juga. Hampir semua film jebolan Kubrick menyampaikan pesan pada dunia. Konyolah jika masih menganggap semua film sebagai media entertainment sekelas Transformer(tuh kan jadi ngomong jorok) dan dianggap nggak punya makna. 

Pada akhirnya, Dogtooth dapat menjadi pengantar yang baik tentang film Disfunctional Family (ekstrim) sebelum melihat sepak terjang keluarga yang sukses melewati sistem semacam ini seperti pada Rumah Dara, Friday the 13th, Atau House of Wax. Saya merekomendasikan anda untuk menonton film ini dengan pendekatan relativisme, dengan kata lain melepas semua nilai yang biasa hadir di dunia nyata. Sebab jika dibanding-bandingkan, anda akan nyinyir dan tidak dapat menikmati keajaiban film ini dengan maksimal. 

No comments: