Hari ini saya belajar tentang
berkembang. Ada 5 hal yang ditunda sejak setahun yang lalu. Diselesaikan dalam
lima puluh menit hari ini. Bukan saya yang berkembang, tetapi orang yang
membantu menyelesaikan 5 hal ini.
Tanpa bicara secara langsung, dia
memperlihatkan bahwa intelegensia bukan diukur dari keluasan wawasan, tetapi
kekokohan strukturnya. Keseimbangan tektonik suatu arsitektur diraih dari
sintesis eksplorasi yang dibentuk melalui beragam cara. Hal ini, secara
analogis juga berlangsung pada manusia, begitu sederhana dan fana, bahwa
seorang intelektual sejatinya adalah orang yang mampu mengaminkan perbedaan
saat bertanggung jawab pada ucapannya. Dahulu, saya bisa berkata sepertinya saya telah memenuhi standar ini.
Namun, keluwesan seseorang pada ketertarikannya (luasnya wawasan), sekali lagi
bukan intelegensia. Untungnya, saat ini saya mampu menerima fakta bahwa saya
belum menjadi seorang intelektual bebas. Penundaan, yang saya harapkan menjadi
jalur bebas hambatan, ternyata menjadi ruang quo yang menghentikan waktu hanya
bagi saya. Ketika saya kembali, semua sudah bergerak begitu jauhnya.
Seperti ungkapan seno dalam
banyak kesempatan, intelektual palsu adalah orang yang senantiasa melakukan
masturbasi (secara harfiah maupun metaforis). Banyak berkata tanpa mampu
berkarya, sebab fantasi atas karya dirasa sudah cukup. Mudah sekali untuk
mendengar orang bilang, saya paham, dan
saya bisa melakukannya. Seperti mangunwijaya yang mengatakan intelegensia
adalah kesatuan dari religiositas dan ilmu diatas bumi, dualitas diantara
keduanya bukan segmentasi, justru perlu dijembatani. Sebab, apakah artinya
memiliki wawasan tetapi berjarak dengan diri sendiri, tak ubahnya dengan
sebongkah ember yang membendung susu.
Saya menyadari, sesimpang siur itu
tulisan saya, menggambarkan fragmen-fragmen yang belum dijembatani, belum
melalui proses tracing, sehingga belum memiliki bentuk yang dapat
diidentifikasi. Begitulah, sebab sesal adalah sebentuk pembenaran, saya rasa
akan jauh lebih baik jika proses pasca mencerna dilanjutkan dengan berkarya. Sebab
saya merasa telah terlalu lama bermasturbasi.
No comments:
Post a Comment