Bokap bilang hidupnya dulu kayak layangan tewang sebelum punya bini dan anak.
*ditempeleng bokap*
Intinya bokap pernah ngomongin hidup yang bersia-sia. Sebelum menemukan tujuan dari berkeluarga.
"Most people struggle with purpose, the rest struggling with themselves. Sometimes, people justified their obssesive act as meaning for bigger purpose, rather than acknowledging that they are pretty much confused." -kata bokap dalam bahasa betawi.
Baru kelar baca Analysing Architecture, lucu juga apa yang dianggap serius bukan tentang arsitekturnya, tapi tentang change and acceptance (on chapter: Temple and Cottage). Dijelaskan bahwa attitude dalam perancangan ditentukan dari keinginan untuk mengontrol atau menerima kondisi yang ada.
Lantas, ada yang dirasa mulai ga beres dalam membaca. Baca sastra indo, saya mual dengan politik kiri-tengah-kanan (berasa tukang parkir). Baca arsitektur, saya bingung dengan nature of architect dan apa yang harus dirancang. Ketidakmampuan memilih prinsip dari bacaan membuntukan tujuan. Seakan-akan, apa yang saya baca hanya menunjukkan kegalauan pribadi. Padahal niat saya membaca adalah membuka pintu terhadap purpose. Saya maunya serakah dalam berilmu.
Ada yang ga klik disini.
Lalu saya jadi menilik, apakah yang sedang saya lakukan adalah sebuah obsesi atau passion.
Intinya, passion itu menghasilkan energi untuk mengejawantahkan tujuan. Sementara obsesi adalah bentuk dari coping mechanism akibat dari ketidakmampuan menuntaskan sebuah goal.
Self-absorbed itu karakter utama dari passion dan obssesion. Ini yang ngebuat blunder antara keduanya. Ini juga yang bertanggung jawab atas ilusi bahwa orang-orang passionate itu wrecked, ansos, dsb ketika mereka bercokol dengan tujuan. Bedanya, yang satu ngontrol (passion) yang satu dikontrol (obsession). Yang satu bersyukur yang satu babak belur.
Entah kapan terakhir saya menjiwai melakukan sesuatu sangking senangnya. Begitulah.
Intinya saya mau bilang mendapatkan passion itu susahnya setengah hidup. Ada banyak cara sehat untuk itu, saya pilih yang susah. Rasanya lebih gampang jadi binatang yang hidup atas mekanisme yang telah diatur insting naturalnya. Walau-walau manusia sedikit banyak punya kemiripan sama binatang, manusia cukup curang untuk menjawab masalahnya. Saya rasa, jika menjadi binatang, mungkin saya ini jerapah berleher pendek yang sebentar lagi digusur jerapah berleher panjang.
Padahal bokap sudah menempatkan dirinya sebagai martyr (as so much parents out there) dengan mengulang kata 'jangan diulang'.
Tapi namun ya namun.
Ya namun.